Kabaran Opini,- Sejak lama publik tahu, bahwa saya disebut sebagai salah seorang "die hard"-nya Anis Matta. Mulai dari agenda AMPM (Anis Matta Pemimpin Muda), hingga terbentuknya GARBI (Gerakan Arah Baru Indonesia) dan saya pun didapuk jadi bagian pendiri Partai Gelora.
Jelas, saya tidak bisa menghindari fakta itu. Walau tetap prasangka adanya kucuran dana "ratusan juta" dari Anis Matta, terbantahkan. Artinya, keberadaan saya membersamai Anis Matta, lebih pada kesamaan pandangan bahwa:
Pertama: Sebagai kalangan terdidik, wajib menyumbangkan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia yang heterogen dan besar ini.
Kedua: Peran aktif mengelola negara sebesar Indonesia, memerlukan kolaborasi seluruh elemen bangsa. Tidak bisa dikelola satu parpol, ormas, NGO, agama, dan lainnya.
Ketiga: Indonesia untuk bangkit menjadi negara maju, harus dikelola dengan "extraordinary". Melibatkan seluruh SDM extraordinary yang handal, tata kelola organisasi yang profesional, anti feodalisme, anti-KKN, dan anti pada kongsi jahat yang hendak menghancurkan negeri.
Langkah Anis Matta merealisasikan narasi Arah Baru Indonesia di alam nyata, penuh kesungguhan. Partai yang dibesutnya, kini memasuki ambang batas keyakinan dan kesiapan. Semua berkat kematangan jiwa Anis Matta seperti dikatakan Syaikh Thanthawi Rahimahullah:
"Jangan memperlakukan orang dalam hal perasaan, hibah, atau hadiah seperti pedagang yang standarnya: jual beli, untung rugi. Perlakukan mereka dengan sikap dermawan dan jembar hati. Jika ada yang antipati padamu, berikan apa yang kau miliki. Hidupmu di bumi ini hanya satu kali. Jika dirimu keliru, segera minta maaf. Jangan pernah membisu. Derapkan langkahmu hingga orang lain berharap mampu sepertimu. Lalu orang yang mengenalmu, selalu mendoakan kebaikan untukmu. Lalu orang yang mendengar namamu, berharap perjumpaan denganmu. Sebab orang yang selalu menebar wangi dengan akhlak baik, wanginya tidak akan pernah sirna walaupun sudah berada di bawah tanah (kuburan)."
Sikap mental yang menjelma menjadi pesona. Patut dialirkan ke dalam jiwa-jiwa Manusia Indonesia. Sebelum itu, tentu harus menjadi sikap Ring-1 manusia-manusia di sekeliling Anis Matta, semua struktur di bawahnya, untuk kemudian menjalar ke seluruh kader dan menjelma menjadi budaya di masyarakat dan bangsa.
Jangan sampai kesungguhan Anis Matta dicederai oleh residu-residu sikap dan mental masa lalu: arogan, feodal, agitatif, baper, tidak transparan, tidak demokratis, hingga cita-cita besar tereduksi dalam kepentingan sempit yang bertopang pada like-dislike, dia dan mereka.
Anis Matta mengajak kita berpikir, bahwa perjuangan Lima Besar Dunia diawali dari pola pikir dan pola tindak terbuka. Indonesia ibarat keluarga besar, Partai Gelora kini salah satu anggotanya. Maka seluruh elemen partai Gelora, harus dikibatkan aktif. Karena narasi yang kita bangun bukan gerbong kereta api, tapi meniup angin agar riak itu jadi gelombang.
By: Nandang Burhanudin