terkini

Ads Google

Inilah "Dosa Terbesar" Kepala BPOM Dalam kasus Obat Sirop!!!

Redaksi
10/26/22, 21:20 WIB Last Updated 2022-10-26T14:20:53Z


Sesuai keterangan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin bahwa Etilen Glikol,  Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) hanya sebagai cemaran dalam Propilen Glikol yang menjadi pelarut tambahan obat sirop agar lebih mudah melarutnya karena Paracetamol susah larut jika tak ditambah pelarut tambahan. Lantas Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) dituding jadi penyebab utama meninggalnya ratusan anak. 


Lalu Menteri Kesehatan menyimpulkan 3 senyawa kimia itu sebagai penyebab tewasnya ratusan anak belakangan ini.


Sekarang begini dulu ya,


Pertanyaan hukum paling besarnya adalah selain pada ginjal, apakah pada jantung, paru-paru dan saraf korban meninggal juga ditemukan gangguan/ kerusakan parah sebagai reaksi kimia dari masuknya Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) yang membuktikan adanya keracunan dalam jumlah yang sangat besar?


Karena Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan

Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) menyerang 4 organ tersebut di atas.


Jadi harus ada jejak kristal yang sangat banyak pada ginjal dan harus ada kerusakan yang sangat parah di beberapa organ lain yang juga jadi pusat yang diserangnnya sehingga baru ada dasar yang kuat dalam menyimpulkan penyebabnya adalah 3 senyawa kimia tersebut.


Dari hasil pemeriksaan sample ginjal korban meninggal berapa banyak ditemukan kristal-kristal atas reaksi kimia dari Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) dan bagaimana ukuran kristal dan derajat kekerasan kristal atau densitas kristalnya pada ginjal?


Pada jantung korban meninggal seberapa parah kondisinya akibat diserang  Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) jika memang meninggal karena akibat  masuknya 3 senyawa itu dalam jumlah besar , apakah diantara korban ada yang mengalami gangguan irama detak jantung hingga kematian karena disebabkan gagal jantung?


Pada paru-paru korban meninggal seberapa parah kondisinya akibat diserang  Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) jika memang meninggal karena akibat  masuknya 3 senyawa itu dalam jumlah besar, apakah paru-paru jadi terganggu?


Pada saraf korban meninggal seberapa parah kondisinya akibat diserang  Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) jika memang meninggal karena akibat masuknya 3 senyawa itu dalam jumlah besar?


Pada sample lambung korban meninggal seberapa parah kondisinya akibat kemasukan Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) jika memang meninggal akibat masuknya 3 senyawa itu dalam jumlah besar?


Pada sample empedu korban meninggal seberapa parah kondisinya akibat kemasukan  Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) jika memang meninggal karena akibat dalam jumlah banyak masuknya 3 senyawa itu dalam jumlah besar?


Ukuran kristal dan derajat kekerasan kristal atau densitas kristalnya yang ditemukan pada ginjal mayoritas korban meninggal seperti apa? Misal : 7 mm.


Tapi kenapa itu juga tak pernah disinggung Menteri Kesehatan?


Kementerian Kesehatan harus bisa menjawab itu dengan detail semuanya. Jangan menjawab misal : ditemukan kristal , juga ada kerusakan empedu bla bla.... Tapi harus spesifik seperti BPOM yang spesifik berani menyebut nama dan merek obat!


Padahal itu harus bisa dipastikan dan dibuktikan secara ilmiah dan diperlukan otopsi, karena tidak bisa jika hanya mengandalkan pemeriksaan biopsi , pemeriksaan epidemiologi dan analisa toksikologi, karena organ jantung, paru, saraf hingga lambung mesti diperiksa secara langsung dengan mengambil samplenya supaya bisa jelas secara hukum apakah ketiga organ itu juga mengalami kerusakan?


Kalau tidak, maka bisa kematian ratusan anak bisa dipastikan bukan karena cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol dalam obat sirop. Mengapa begitu? Karena Etilen Glikol dan Dietilen Glikol menyerang langsung organ jantung, paru, saraf, jadi 3 organ itu harus diperiksa secara menyeluruh. 


Karena seberapa parah kerusakan organ-organ di atas harus ada bukti samplenya langsung yang berasal langsung dari organ-organ di atas yang harus diuji dari aspek pemeriksaan toksikologi dengan langsung memeriksa sampel organnya.


Karena itu harus bisa dibuktikan tingkat keparahannya. Kalau tak ada keparahan atau tak mengalami kerusakan karena zat kimia  tertentu, maka tidak bisa dianggap penyebab kematian karena cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol dalam obat sirop.


Karena  harus ada korelasi langsung keparahan dengan seberapa banyak yang masuk dengan dampak kimia yang ditimbulkan pada organ organ yang saya sebut tadi.


Kalau organ organ itu tak mengalami kerusakan yang parah, artinya yang masuk sangat kecil, tentu tidak mematikan sama seperti sianida dalam jumlah sangat kecil ada di kopi yang tidak mematikan jika diminum.


Atau pertanyaannya saya ubah, dari mayoritas korban meninggal seberapa parah kerusakan hati, jantung, saraf, termasuk lambung jika kristal kecil masuk ke dalam tubuh?  80% ? 100%?  Makanya itu perlu otopsi.


Kenapa itu juga tak pernah disinggung walau dalam jumlah persen kerusakan kerusakan organ organ di atas??? 


Kementerian Kesehatan bagaimana menjawab itu? 


Kepala BPOM bagaimana menjawab itu?


Hanya bilang ginjal rusak tapi seberapa parah kerusakannya? karena itu menyangkut pembuktian secara ilmiah toksikologi yang satu sama lain saling berkorelasi yang tak hanya ginjal saja tapi jantung paru saraf pun harus bisa dibuktikan apakah ada cemaran 3 senyawa kimia tersebut di atas?


Lalu Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan ditemukan Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) yang melebihi ambang batas pada obat sirop, angkanya berapa, Bu Kepala BPOM, kenapa ibu selaku Kepala BPOM tidak pernah menyebut berapa angkanya tapi kok nuduh di atas ambang batas?


Pertanyaan besar selanjutnya kepada Kepala BPOM Penny Lukito, ini paling penting, berapa banyak dosis mematikan Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) jika sampai masuk ke dalam tubuh manusia?


Sebut saja bu jika ada refrensi yang  bisa dipertanggungjawabkan!!!! Jangan tak bisa nyebut itu tapi nuduh penyebab kematian disebabkan Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE)!!


Kalau masih dibawah ambang batas kan, aman dan tidak mematikan. Sekarang berapa dosis mematikan sebut saja angkanya!


Dari awal sampai hari ini BPOM tak pernah menyinggung itu, tapi kok mau mengkambinghitamkan perusahaan obat.


BPOM dan Menteri Kesehatan pun tak bisa mengungkap itu.


Karena  Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) adalah tiga jenis alkohol yang berbeda.


BPOM  terang-terangan mengatakan untuk cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari. 


Yang jadi pertanyannya tetap saja berapa dosis mematikan dari Etilen Glikol? Berapa dosis mematikan dari Dietilen Glikol? Berapa dosis mematikan dari Ethylene Glycol Butyl Ether?


Karena cemaran 0,5 mg/ kg berat badan perhari,  itu bukan dosis mematikan , melainkan batas aman cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol dalam obat sirop yang kemudian diminum.


Karena sesuai keterangan beberapa ahli farmasi, di beberapa literasi farmasi menyebutkan 1,4-1,6 gram/kilogram berat badan sebagai dosis letal/dosis mematikan dari Etilen Glikol. Sementara untuk dietilen glikol dosis yang mematikan 1,1 gram/kilogram.


Sedangkan cemaran Etilen Glikol pada sediaan sirup dengan nilai toleransi 0,1 persen pada Gliserin dan Propilen Glikol, serta 0,25 persen pada Polietilen Glikol , hal itu membuktikan bahwa walau sesama berasal dari keluarga alkohol, ada maksimal batas toleransi yang aman dan dosis yg mematikan.


BPOM tidak pernah ungkap berapa sebenarnya kadar Etilen Glikol  dan Dietilen Glikol yang membahayakan nyawa karena keberadaan cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol pada obat sirop? 


Mestinya buka saja berapa dosis mematikan dari 2 senyawa kimia itu. Tapi belum bisa membuka itu tapi mau mempidanakan 2 perusahaan obat dan menuding 2 senyawa kimia sebagai biang kerok ratusan anak meninggal, ya janggal dan tidak logis.


Karena menurut CDC/Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, Etilen Glikol menyerang:


Tahap 1 yang menyerang saraf dan terjadi setelah 30 menit hingga 12 jam.


Tahap 2 yang menyerang jantung paru dan terjadi setelah 12 hingga 24 jam.


Tahap 3 yang menyerang ginjal dan terjadi setelah 24 hingga 72 jam.


Balik lagi ke Menteri Kesehatan, jadi harus jelas ada berapa banyak cemaran kadar Etilen Glikol di pusat yang diserang 3 senyawa kimia itu yaitu saraf, jantung , paru dan ginjal? Apakah mencapai dosis yg mematikan? Perlu pembuktian ilmiah yang mendalam dan menyeluruh. 


Tak bisa hanya pemeriksaan biopsi, apalagi pemeriksaan epidemiologi dan analisa toksikologi jika tuduhannya 3 senyawa kimia itu sebagai penyebab gagal ginjal akut.


Jika tak mencapai dosis mematikan, maka harus dicari tau penyebab lain terlebih lagi ada  beberapa kasus yang tak ditemukan kristal pada ginjal sebagai ciri masuknya Etilen Glikol.


Jadi semua harus ada hitung-hitungannya.Nah sekarang berapa dosis yang mematikan?


Itu dulu yang harus ditemukan pada organ organ di atas.


Kan kayak sianida. Ada dosis  yang mematikan 150 miligram sampai 250 miligram sesuai keterangan ahli toksikologi saat sidang Jessica pada 2016 lalu.


Arsenik. Dosis mematikan untuk membunuh manusia membutuhkan dosis minimal 2 gram atau satu sendok makan penuh dan harus langsung diberikan sesuai penjelasan ahli toksikologi Mangku Sitepu, Ahli Racun dari UGM, saat sidang Polycarpus Budihari Priyanto pada 2011 lalu.


Tetrodoksin racun yang tekandung di dalam ikan buntal. Dosis mematikannya adalah 1-2 gram.



Jadi semua ada dosis mematikannya. Kepala BPOM, Etilen Glikol dan Dietilen Glikol berapa dosis yang mematikan?? Itu pertanyaan besar yang sampe sekarang sama sekali belum  disinggung oleh BPOM!!!


Mestinya BPOM kalau jujur punya refrensi yang bisa dipertanggungjawabkan berapa dosis untuk bisa mematikan mestinya terbuka saja sekaligus rilis mayoritas berapa banyak jejak Etilen Glikol,  Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) yang ditemukan pada jantung, ginjal, paru, saraf korban secara mayoritas?


Misal pada korban mayoritas ditemukan 3 senyawa kimia itu dengan total 15 gram/kilogram berat badan dengan kerusakan yang sangat parah dengan penjelasan bla bla....


Jadi dengan itu belum ada, maka menjadi belum jelas penyebab gagal ginjal akut karena BPOM bahkan Menteri Kesehatan masih tertutup tentang hal-hal di atas.


Pun Polri hanya akan memeriksa darah dan urine. Ini juga kurang tepat karena yang diserang Etilen Glikol,  Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE) adalah jantung, paru, ginjal dan saraf. 


Bukan menyingkirkan soal darah tapi pemeriksaan terhadap 4 organ itu jadi penting karena jadi kunci untuk memastikan ada berapa banyak 3 senyawa kimia yang ditemukan secara langsung di 4 organ itu? Pemeriksaan sample darah dan urine sebagai pelengkap saja harusnya.


Penyebab perburukan kasus gagal ginjal akut juga masih misteri. Karena, beberapa anak dilaporkan memiliki infeksi berbeda.


Misalnya, sejumlah anak terinfeksi COVID-19, sementara yang lain tidak dilaporkan memiliki riwayat virus tersebut. Serupa dengan temuan konsumsi obat, meski beberapa anak mengonsumsi obat yang tercemar Etilen Glikol dan Dietilen Glikol, namun ada beberapa kasus lain dilaporkan tak ada riwayat konsumsi obat sirop tapi tetap kena gagal ginjal akut.


Artinya apa? Tidak bisa dipastikan gagal ginjal akut disebabkan faktor cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol, karena yang tidak minum obat sirop pun tetap mengalami gagal ginjal akut.


Pakar Nefrologi RSUP Dr Sardjito, Retno Palupi mengatakan bahwa dari hasil biopsi atau pengambilan sampel jaringan ginjal, gagal ginjal akut justru mengarah ke temuan adanya nekrosis tubular akut yang umum didapati pada kasus pasien mengalami inflamasi atau infeksi berat.


"Yang kami masukan sebagai kriteria gagal ginjal akut progresif atipikal ini adanya gangguan di tubulus ginjal, di pipa-pipa ginjal itu ada gangguan yang mengalami nekrosis atau kematian jaringan tubulus dan degenerative, kerusakan di pipa-pipa ginjal itu dan kristal tidak ditemukan," 


Kristal tidak ditemukan pada tiga pasien yang dua di antaranya masih membutuhkan hemodialisa atau terapi cuci darah. Sehingga, tidak menutup peluang mekanisme kerusakan pada ginjal bukan terkait kristal yang ada kaitan dengan Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Ethylene Glycol Butyl Ether (EGBE).


Jadi bagaimana Menteri Kesehatan, Wakil Menteri Kesehatan dan Kepala BPOM, 3 korban mengalami gagal ginjal akut tapi tak ditemukan kristal di ginjalnya berdasarkan hasil biopsi, bagaimana itu?


Sehingga dengan adanya fakta di atas, yang tak minum obat pun tetap kena gagal ginjal akut, yang tak ditemukan kristal di ginjal pun tetap kena gagal ginjal akut, artinya secara hukum maka belum jelas penyebab gagal ginjal akut.


Jangan terlalu cepat mengkambinghitamkan perusahaan obat karena kalau mencari kambinghitam tapi penyebab medis sesungguhnya belum ketemu, sama aja bukan menyelesaikan masalah!


Kepala BPOM jujurlah. Berapa dosis mematikan 3 senyawa kimia itu? Sebelum itu bisa dijawab ya lebih Kepala BPOM diam saja!


Karena Kepala BPOM ini terkesan hanya ingin menuduh tanpa mau koreksi diri coba bagaimana gambaran tentang jantung paru dan saraf mayoritas para korban meninggal?


Pasti tak bisa jawab karena tak diotopsi. Tidak dilakukan otopsi tak semestinya menuduh macam-macam apalagi menyimpulkan. 


Padahal faktanya ada yang tak minum obat pun tetap kena gagal ginjal akut sebagaimana uraian di atas. Pun tak ditemukan kristal pada ginjal, juga tetap mengalami gagal ginjal akut. Artinya memang misterius penyakit ini.


Oleh: Ricky Vinando, S.H, Lawyer


Jakarta, 26 Oktober 2022 Pukul: 03:00 WIB (dinihari)


Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Inilah "Dosa Terbesar" Kepala BPOM Dalam kasus Obat Sirop!!!

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x