terkini

Ads Google

KH. Ahmad Sanusi, Sang Pahlawan Indonesia

Redaksi
11/06/22, 23:31 WIB Last Updated 2022-11-06T16:31:34Z

 

Oleh Adrian | Sekjend Kujang Metal | Pengurus Partai Gelora Kota Bogor | Founder Perdananews.com


Selamat! saya ucapkan kepada keluarga besar dan keturunan pendiri PUI (Persatuan Umat Islam) Allahuyarham KH. Ahmad Sanusi. Sang Pahlawan Indonesia. 


Informasi ini saya dapat dari tweet Menkopolhukam. Sebagai kader PUI saya bangga sekaligus terharu, sontak mendengar kabar ini saya langsung menghubungi tokoh PUI di Kota Bogor yang juga sahabat dan guru saya. Ust. Agung Hadi Lutfiansyah. Saya sampaikan selamat.


Selamat kang ust, saya bangga dan terharu Indonesia akhirnya dalam hal ini di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo mengapresiasi KH. Ahmad Sanusi sebagai Pahlawan Indonesia. Begitu pesan singkat saya melalui whatsapp. Saya memanggilnya kang ust, beliau adalah cucu pendiri PUI di Kota Bogor, Allahuyarham KH. Mama Ma’soem. 


Saya pun mengirim pesan singkat ke ust. Dr. Munandi Shaleh yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan PUI Pusat. Mengucapkan selamat sekaligus bermaksud menyampaikan titipan undangan kepada beliau untuk menjadi pembicara di podcast Hublu Connects DPN Gelora Bidang Hubungan luar Negeri yang digawangi oleh Kang Henwira Halim, yang juga merupakan bacaleg Partai Gelora untuk DPR RI Daerah pemilihan Kota Bogor dan Cianjur.


Alhamdulillah respon beliau sangat baik dan berkenan untuk berbagi tentang KH. Ahmad Sanusi kepada subscriber Gelora TV nanti jika tidak ada kendala.


KH. Ahmad Sanusi (untuk selanjutnya saya sebut Ajengan). Berbicara tentang Ajengan, tentu banyak anak muda pada umumnya masih awam terhadap sosok tokoh kharismatik dari Sukabumi ini. 


Sebelum menjadi pengurus PUI Kota Bogor, saya termasuk yang tidak kenal beliau. Nama Ajengan tidak sepopuler anggota BPUPKI lainnya seperti Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno. 


Tapi jika ditelusuri lebih dalam, ada peran yang sangat sentral yang dilakukan oleh Ajengan semasa hidupnya dahulu. Itulah sebabnya pada tanggal 10 November nanti diumumkan sebagai Pahlawan Nasional.


Perjalanan Hidup Ajengan KH. Ahmad Sanusi


Ajengan lahir di Kampung Cantayan Desa Cantayan Kab. Sukabumi pada 18 September 1888. Anak ketiga dari delapan bersaudara pasangan K.H. Abdurrohim (Ajengan Cantayan, pimpinan pondok pesantren cantayan) dengan ibu Empok.


Berdasarkan penjelasan yang dikutip dari Buku karangan Dr. Munandi Shaleh yang berjudul Pendiri, Tokoh Fusi dan Tokoh PUI, sejak kecil Ajengan hidup dilingkungan keluarga yang religius sampai usia remaja. Mampu menghafal Al-Quran diusia 12 tahun, menguasai berbagai disiplin ilmu Agama Islam seperti Nahwu, Sharaf, Tauhid, Fiqh, Tafsir, Mantiq dll.


Di usia 17 tahun, Ajengan berkelana menuntut ilmu ke berbagai pesantren di Jawa Barat selama 4.5 tahun. Nama-nama pesantren yang beliau kunjungi untuk memperdalam ilmu agama diantaranya Pesantren Selajambe, Sukamantri, Sukaraja yang berada di Sukabumi. 


Pesantren Cilaku, Ciajag, Warung Kondang, Buniasih yang berada di Cianjur. Lalu pesantren Keresek dan Sumursari di Garut. Lalu pesantren Gudang di Tasikmalaya dan pesantren Babakan Selaawi Sukabumi pimpinan Ajengan Affandi.


Di pesantren Babakan Selaawi inilah Ajengan menikahi Siti Djuwariyah yang merupakan putri dari Ajengan Affandi. 


Setelah menikah, tahun 1910 Ajengan dan istri menunaikan haji. Setelah berhaji bermukim di Makkah al Mukarramah selama 5 tahun. 


Nama – nama ulama yang dipelajari ilmunya diantaranya Syeikh Saleh Bafadil, Syeikh Maliki, Syeikh Ali Thayyib, Syeikh Said Jawani, Syeikh Zaini Dahlan, Syeikh Haji Muhammad Junaedi, Syeikh haji Abdullah Jawawi, Syeikh Haji mukhtar At-Tarid al-Bughuri, Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabouwi, Syeikh Mahfudz Tremas. 


Sedangkan nama – nama tokoh pergerakan yang Ajengan temui diantaranya KH Abdul Halim (Pendiri PUI Majalengka), Haji Abdul Muluk (Tokoh Sarikat Islam), KH Abdul Wahab Hasbullah (Pendiri NU), KH Mas Mansyur (Tokoh Muhammadiyah).


Sepulang dari Makkah Juli 1915, Ajengan mengabdi di Pesantren sekitar 6 tahun, mendirikan Pesantren Genteng dan mengelolanya selama 6 Tahun. Ditinggalkan selama 15 bulan karena di penjara oleh Belanda serta dibuang selama 6 tahun di Batavia Centrum. Inilah mengapa KH Ahmad Sanusi terkenal disebut sebagai ajengan Batawi. 


Lalu Ajengan dipindahkan ke Sukabumi sebagai tahanan kota pada tahun 1934. Pada tahun ini Ajengan mendirikan pesantren Syamsul Ulum di Gunungpuyuh Sukabumi dan dipimpin selama 16 Tahun. 5 Tahun sebagai tahanan kota dan 11 tahun sudah status bebas dari penjajah Belanda.


Selama masa penjara dan pembuangan itu tidak kurang ajengan menulis 126 judul kitab dari berbagai disiplin keilmuan, diantaranya Tafsir Al-Qur’an, Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh, Ma’ani, Bayan dan lain-lain.


Selama mengajar, Ajengan sukses melahirkan santri-santri terbaik yang menjadi ulama. Seperti ketika mengajar di Pesantren Genteng, terbina Ajengan Abdullah bin Nuh (Pimpinan ponpes Al-Ghozali dan Al Ihya Bogor), Ajengan Damiri Yusuf Taujiri (Pimpinan Ponpes Cipari Wanaraja Garut) dan Ajengan Badruddin (Pimpinan Ponpes Kadudampit).


Ketika mengajar di Pesantren Gunungpuyuh terbina Ajengan Dadun Abdul Qohhar (Pendiri Ponpes Ad-Dakwah Cibadak Sukabumi), Ajengan Khoer Apandi (Pendiri Ponpes Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya), DR. KH E.Z Muttaqin (Pendiri UNISBA Bandung), Ajengan Maksum (Pendiri Ponpes Bondongan Bogor), Prof. KH Ibrahim Husein (Pendiri dan Rektor pertama IIQ yang pernah menjadi Ketua Majelis Fatwa MUI Pusat), Ajengan Rukhyat (Pendiri Ponpres Cipasung Tasikmalaya), Ajengan Ishak Farid (Pimpinan Ponpes Cintawana Singaparna Tasikmalaya), Ajengan Irfan Hilmi (Pimpinan Ponpes Darussalam Kab. Ciamis), Ajengan Soleh Iskandar (Tokoh Militer), Drs. KH Syamsuddin (Mantan Kanwil Depag Jawa Barat).


Mungkin banyak yang mempertanyakan, lantas apa kontribusi Ajengan terhadap Negara Indonesia sehingga Presiden Joko Widodo memberikan Gelar Pahlawan Nasional kepada Ajengan?


Pertanyaan yang sangat menarik, mengingat Ajengan tidak hanya gemilang di bidang Keislaman dan Pendidikan di Pesantren saja. Ajengan adalah Tokoh Muslim terkemuka yang ikut memperjuangkan pemikiran dan gagasannya untuk kepentingan Agama, Bangsa dan Negara.


Ajengan menjadi anggota BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai), Pengurus Jawa Hokokai (Kebangkitan Jawa), Pengurus Masyumi, Anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), Anggota Dewan Penasehat Daerah Bogor (Giin Bogor Shu Sangi Kai), Wakil Residen Bogor (semacam wakil walikota bogor pada zaman hindia belanda).


Di keresidenan Bogor ini Ajengan membidani lahirnya PETA (Pembela Tanah Air), BKR (Badan Keamanan Rakyat), KNID (Komite Nasional Indonesia Daerah), Ketua Umum PB AII (POII atau PUII), Instruktur pelatihan ulama yang dibuat Militer Jepang, Pendiri ponpes Genteng dan Gunungpuyuh, Pendiri organisasi BII, Zaenabiyyah, IMI, hingga GUPPI (Gabungan Usaha-usaha Perbaikan Pendidikan Islam).


Ajengan tepat dalam usia 63 tahun pada hari Ahad malam senin tanggal 15 Syawal 1369 H bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1950 menghembuskan nafas terakhir dipanggil dengan tenang oleh Sang Pencipta untuk berpulang keharibaanNya di pesantren Gunung puyuh dan dikebumikan di kompleks pemakaman keluarga yang terletak di sebelah utara pesantren Gunung Puyuh Sukabumi.


Ajengan pernah mendapatkan penghargaan sebagai perintis kemerdekaan dari pemerintah Presiden Soeharto dan Bintang Maha Putra Adipradana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namanya diabadikan menjadi salah satu nama Terminal dan jalan di Kota Sukabumi, yang menghubungkan antara jalan Cigunung sampai dengan Degung dengan nama jalan KH. A. Sanusi oleh pemerintah Kota Sukabumi.


Kelayakan KH. Ahmad Sanusi Sebagai Pahlawan Nasional.


Menurut Pasal 25 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Syarat umum pemberian gelar Pahlawan Nasional:


  • WNI atau seseorang yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI, 
  • Memiliki integritas moral dan keteladanan,    
  • Berjasa terhadap bangsa dan negara, 
  • Berkelakuan baik, setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara; 
  • Dan tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.


Sementara itu, syarat khusus dalam pemberian gelar Pahlawan Nasional termuat dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Berikut adalah syarat-syaratnya:


  • Pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa;
  • Tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan; 
  • Melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya; 
  • Pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara;
  • Pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa; 
  • Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; dan/atau 
  • Melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.


Berdasarkan 5 Syarat Umum dan 7 Syarat Khusus, hemat saya. Ajengan bukan hanya layak dianggap sebagai Pahlawan Nasional. Tapi bisa dibilang jauh melampaui kata layak/pantas. Ajengan itu Pahlawan Nasional yang fenomenal dan berkontribusi sangat besar bagi Bangsa Indonesia.


Semua pengorbanan Ajengan demi Bangsa dan Negara selama masa hidupnya bisa saya bilang mungkin tidak akan terbalas dengan pemberian Gelar Pahlawan Nasional sekalipun. 


Akan tetapi pemberian Gelar Pahlawan membuktikan, Ajengan KH. Ahmad Sanusi adalah Tokoh Muslim yang peduli terhadap perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan hingga mempertahankannya.

 

Hal yang akhir-akhir ini selalu ada-ada saja oknum yang mempertentangkan antara Agama dan Nasionalisme. Ajengan membuktikan Agama dan Nasionalisme adalah satu kesatuan yang utuh, tidak terpisahkan dan tidak saling menyisihkan satu sama lainnya seperti propaganda jelek para oknum perusak NKRI dengan mengadu-domba rakyat dengan mempolarisasi keduanya.


Itulah kisah heroisme seorang Ajengan KH. Ahmad Sanusi yang namanya melegenda bagi kita. Sebagai generasi pemikul beban dan pelanjut langkah perjuangan beliau. Mari kita doakan Ajengan KH. Ahmad Sanusi supaya semua amal ibadahnya diterima Allah SWT, diampuni dosa dan khilafnya, mendapatkan syafaat hingga kelak dimasukkan ke SurgaNya. Aamiin

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • KH. Ahmad Sanusi, Sang Pahlawan Indonesia

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x