Jika itu Tradisi, Penting Pertahankan Kekayaan dan Warisan Budaya / Foto: DetikJabar |
Kabaran Pangandaran, - Penting untuk mempertahankan kekayaan dan warisan budaya, terutama jika itu adalah tradisi yang unik.
Di Pangandaran, terdapat leuit sebagai wadah penyimpanan padi yang berbentuk rumah kayu kecil bergaya rumah panggung. Leuit digunakan khusus untuk menyimpan padi sebelum diolah menjadi beras.
Tokoh Masyarakat Pangandaran, Ruspandi, menjelaskan bahwa leuit adalah tempat penyimpanan pare (padi) sebelum diolah menjadi beras.
"Proses penyimpanan ini dalam bahasa setempat disebut "Ngampihan pare"," kata Ruspandi.
Ruspandi mengatakan bahwa setiap masyarakat yang memiliki lahan sawah pasti memiliki leuit, "Leuit merupakan semacam "bank" bagi para petani di daerah tersebut," kata dia.
Ruspandi menjelaskan bahwa leuit menjadi tempat dan solusi untuk menyimpan padi dengan daya tahan yang lama. Dengan menyimpan padi di leuit, diharapkan dapat mencegah risiko kelaparan antara masa panen yang satu dengan yang lainnya.
"Leuit memberikan manajemen sendiri untuk memastikan ketersediaan pangan dari panen ke panen," ucap dia.
Ruspandi menyatakan bahwa padi yang disimpan di leuit dapat dijual atau dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Sistem ini memungkinkan penduduk untuk mengatur seberapa banyak padi yang akan dijual dan berapa yang akan digunakan untuk konsumsi internal.
"Selain itu, budaya hajatan nyumbang juga masih berlaku di daerah tersebut," kata dia.
Ruspandi menjelaskan bahwa budaya hajat nyumbang masih tetap lestari dan menjadi salah satu ciri masyarakat yang memiliki semangat gotong-royong.
"Contohnya, ketika ada warga yang mengadakan hajatan, masyarakat biasanya berpartisipasi dengan menyumbangkan beberapa kilogram beras atau bahan makanan lainnya," ucapnya.
Ruspandi mengakui tidak mengetahui secara pasti kapan leuit pertama kali muncul, tetapi ia memperkirakan bahwa leuit sudah ada sejak masyarakat mulai beraktivitas bertani.
"Bahwa usia leuit cukup panjang karena bahan bangunan yang digunakan, seperti kayu pilihan untuk strukturnya dan atap yang terbuat dari daun campur ijuk," kata Ruspandi.
Ruspandi menekankan bahwa padi yang disimpan di dalam leuit memiliki kemampuan untuk bertahan lama, bahkan lebih dari satu tahun, dengan catatan kekeringan yang memadai.
"Ini menunjukkan bahwa leuit tidak hanya sebagai tempat penyimpanan yang efektif, tetapi juga memberikan perlindungan terhadap kondisi lingkungan untuk memastikan daya tahan padi," katanya.
Ruspandi menyatakan bahwa warisan budaya di Desa Cikalong telah diajukan untuk menjadi bagian dari warisan budaya di Tatar Sunda. Ini menunjukkan upaya untuk mengakui dan mempertahankan nilai-nilai budaya serta tradisi unik yang dimiliki oleh masyarakat di desa tersebut.
Budayawan Pangandaran, Erik Krisna Yudha, menjelaskan bahwa leuit sudah ada sejak masyarakat menanam padi di huma. Ia menyebut leuit sebagai warisan budaya tempat menyimpan padi bagi masyarakat Sunda.
"Leuit tidak hanya memiliki nilai praktis sebagai tempat penyimpanan padi tetapi juga membawa makna sebagai bagian penting dari warisan budaya masyarakat setempat," katanya.
Berdasarkan penjelasan Budayawan Pangandaran, Erik Krisna Yudha, leuit diyakini sudah ada sejak masa hilangnya Nomaden dan mulai berkembang pada zaman Siliwangi. Ia menempatkan perkembangan leuit sekitar abad ke-14 hingga ke-15 Masehi.
"Sebuah catatan sejarah yang menunjukkan betapa leuit telah menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Sunda selama berabad-abad," ucapnya. *
Cara pasang Iklan di Kabaran Jabar:
Ikuti saluran Kabaran Jabar Portal Informasi di WhatsApp:
Editor: Mas Bons