JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Anis Matta, menekankan bahwa umat Islam sekarang perlu peta jalan, bukan provokasi. Peta jalan ini menjadi panduan bagi umat Islam dalam mencapai kebangkitan.
Anis Matta menggarisbawahi perlunya peta jalan bagi umat Islam.
Peta jalan dianggap lebih penting daripada provokasi untuk membimbing umat Islam menuju kebangkitan.
Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, membahas hal ini dalam program 'Anis Matta Menjawab'.
Hali ini diungkapkan Anis Matta dalam roadshow di Jawa Barat dan dalam program Anis Matta Menjawab di kanal YouTube Gelora TV, Selasa, 16 Januari 2024.
Anis Matta mengungkapkan pandangan dan urgensi peta jalan dalam mendukung kesadaran agama dan keterlibatan politik umat Islam.
Anis Matta mencatat adanya kesenjangan pengetahuan keislaman di kalangan masyarakat, terutama di lapisan bawah, yang menyebabkan mudahnya provokasi dan keterlibatan emosional dalam politik. Meskipun Pemilu 2024 dianggap lebih baik, aspek emosional masih mendominasi.
Anis Matta berharap pemimpin agama dan politik memberikan pencerahan kepada masyarakat dengan menyajikan peta jalan kebangkitan. Dalam upayanya, Anis Matta telah mengumpulkan tokoh-tokoh agama untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Kesadaran Geopolitik
Dalam konteks ini, Anis Matta menyoroti pentingnya kesadaran geopolitik sebagai landasan peta jalan. Dia menegaskan bahwa situasi global, seperti penyebaran Covid-19 dan konflik internasional, mempengaruhi Indonesia secara langsung.
Anis Matta menyatakan dua relevansi kesadaran geopolitik: meningkatkan pemahaman tokoh-tokoh dan mengubah kerumunan umat menjadi kekuatan politik yang nyata. Kesadaran ini, menurutnya, penting agar umat Islam dapat berperan aktif dan tidak hanya menjadi kerumunan tanpa dampak politik yang signifikan.
Menyelesaikan Kemiskinan
Anis Matta dan Partai Gelora, bersama dengan pasangan nomor 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, memperjuangkan agenda kesejahteraan termasuk bantuan gizi, wajib belajar 16 tahun, makan siang gratis, dan kuliah gratis. Meskipun diakui anggarannya besar, Anis Matta menegaskan perlunya dukungan politik untuk mewujudkannya.
Pada akhirnya, Anis Matta menyampaikan bahwa menerjemahkan ajaran agama ke dalam kebijakan politik memerlukan kesabaran dan pendidikan masyarakat secara berkelanjutan. Partai politik diharapkan menjadi agen pencerahan untuk menciptakan kesadaran dan partisipasi politik yang konstruktif.