Kabaran Jakarta,- Nama Presiden Israel Isaac Herzog sedang menjadi sorotan masyarakat Indonesia, pasca bertemu lima kader Nahdlatul Ulama (NU). Masyarakat pun ramai-ramai mengecam pertemuan tersebut.
Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya sampai murka atas tindakan kelima kadernya itu. Dia menegaskan, pertemuan tersebut bukan mendatangkan kebaikan malah merugikan dan mencederai hati masyarakat Indonesia. "Memangnya dengan berangkatnya lima orang ini citra Israel jadi lebih baik di Indonesia? Kan enggak! Malah sebaliknya, justru orang-orang yang dibawa itu mengalami kerugian karena kredibilitas mereka kemudian menjadi terciderai," kata pria karib disapa Gus Yahya, Selasa (16/7) dilansir dari Merdeka.com.
Isaac Herzog, seorang politikus dan pengacara Israel, menjabat sebagai Presiden Israel ke-11 sejak 2021. Pertemuan tersebut memicu reaksi keras dari masyarakat Indonesia yang menganggapnya sebagai langkah yang kurang bijak.
Siapakah Isaac Herzog yang ditemui oleh kader NU ini? Isaac Herzog lahir pada 22 September 1960, di Tel Aviv, Israel. Ia berasal dari keluarga yang memiliki sejarah panjang dalam politik dan pelayanan publik. Ayahnya, Jenderal Chaim Herzog, memegang dua masa jabatan sebagai Presiden Israel Keenam dari 1983 sampai 1993. Ibunya, Aura Ambache, adalah pendiri Dewan Israel Indah.
Kakek dari pihak ayahnya, Rabbi Yitzhak HaLevi Herzog, adalah Kepala Rabbi pertama Irlandia dari 1922 sampai 1935 dan Ketua Rabbi Israel Ashkenazi dari 1936 sampai 1959. Pendidikan Isaac Herzog juga cukup mengesankan. Saat ayahnya menjabat sebagai Perwakilan Permanen Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa selama tiga tahun, Herzog tinggal di New York dan masuk Ramaz School. Pada tahun-tahun berikutnya, ia meraih pendidikan akademik terpadu di Cornell University dan New York University.
Herzog juga memiliki latar belakang militer yang kuat. Setelah kembali ke Israel pada akhir 1978, ia masuk IDF dan menjabat sebagai perwira mayor di Unit 8200 dari Korps Intelijensi. Ia kemudian melanjutkan studi hukum di Universitas Tel Aviv dan bekerja di firma hukum yang didirikan oleh ayahnya, Herzog, Fox & Ne'eman.
Isaac Herzog menikah dengan Michal, seorang pengacara, dan memiliki tiga anak laki-laki. Mereka tinggal di rumah masa kecilnya di kawasan Tzahala, Tel Aviv. Sebagai presiden, Herzog dikenal sebagai figur yang cukup moderat dan sering terlibat dalam berbagai upaya diplomasi.
Reaksi keras dari masyarakat Indonesia terhadap pertemuan ini menggambarkan betapa sensitifnya isu Israel di mata publik. Banyak yang berpendapat bahwa pertemuan ini tidak akan membawa dampak positif terhadap citra Israel di Indonesia. Justru, langkah ini dianggap memperburuk pandangan masyarakat terhadap Israel. "Pertemuan ini tidak mendatangkan kebaikan malah merugikan dan mencederai hati masyarakat Indonesia," ujar Gus Yahya.
Pertanyaan besar yang muncul adalah apa motivasi di balik pertemuan ini? Siapa yang menginisiasi dan apa tujuan dari pertemuan tersebut? Apakah ada agenda khusus yang ingin dicapai oleh kedua belah pihak? Pertanyaan-pertanyaan ini masih belum terjawab dan menjadi bahan spekulasi di kalangan masyarakat.
Isaac Herzog sendiri merupakan sosok yang cukup kontroversial di mata masyarakat internasional. Sebagai seorang pemimpin Israel, setiap tindak-tanduknya selalu menjadi sorotan. Pertemuannya dengan kader NU menambah panjang daftar kontroversi yang melibatkan namanya.
Dampak dari pertemuan ini juga dirasakan oleh kelima kader NU yang terlibat. Kredibilitas mereka di mata publik Indonesia kini dipertanyakan. Banyak yang merasa bahwa langkah ini tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diusung oleh Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia.
"Memangnya dengan berangkatnya lima orang ini citra Israel jadi lebih baik di Indonesia? Kan enggak! Malah sebaliknya, justru orang-orang yang dibawa itu mengalami kerugian karena kredibilitas mereka kemudian menjadi terciderai," tegas Gus Yahya.