KABARAN JOGJAKARTA,- Museum Muhammadiyah di Yogyakarta terus berkembang dengan menambah dua zona pamer baru, yakni “Zona Muhammadiyah untuk Indonesia” dan “Persebaran Muhammadiyah.” Penambahan ini diharapkan semakin memperkaya wawasan pengunjung tentang peran organisasi dalam membangun bangsa.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menekankan bahwa museum tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan sejarah, tetapi juga harus memiliki nilai hidup yang bisa diwariskan kepada generasi mendatang. “Kita tidak hanya berbicara tentang museum, tetapi bagaimana menjadikannya sebagai ruang nilai yang hidup. Kesadaran kita terhadap kekayaan sejarah dan kebudayaan masih perlu diperkuat,” ujarnya, Senin (3/2).
Haedar juga menyoroti tiga pilar utama yang harus terus diperkuat dalam kehidupan berbangsa, yakni agama, kebudayaan, dan Pancasila. Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah telah membuktikan bagaimana Islam tidak hanya menyerap kebudayaan, tetapi juga menciptakan peradaban baru yang maju.
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, yang turut hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi perkembangan Museum Muhammadiyah yang kini menjadi salah satu museum terbesar di Yogyakarta. Ia menekankan pentingnya inovasi dalam pengelolaan museum, termasuk digitalisasi dan pengembangan sektor kreatif seperti merchandise dan kuliner khas Muhammadiyah.
“Museum ini harus menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan inovasi seperti digitalisasi dan kafe tematik, daya tarik museum ini bisa semakin meningkat,” kata Fadli.
Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muchlas, menjelaskan bahwa pembangunan Museum Muhammadiyah telah dimulai sejak 2017 atas inisiatif Haedar Nashir dan Muhadjir Effendy. Setelah sempat tertunda akibat pandemi, museum akhirnya diresmikan pada 14 November 2022 menjelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta.
Kini, Museum Muhammadiyah memasuki tahun ketiganya dengan delapan zona pamer, termasuk zona pengkondisian, zona pembawa cahaya, zona berdirinya Muhammadiyah, zona pilar gerakan, serta zona revolusi dan negara merdeka. Selain itu, museum juga memiliki Ruang Audio-Visual yang menampilkan dokumentasi sejarah Muhammadiyah.
Acara peresmian ditutup dengan penandatanganan prasasti oleh Haedar Nashir dan Fadli Zon, pertukaran cinderamata antara PP Muhammadiyah dan Kementerian Kebudayaan, serta kunjungan ke zona pamer baru yang diharapkan semakin memperkuat kesadaran masyarakat terhadap sejarah dan perjuangan Muhammadiyah.